Panen perdana kedelai yang dikembangkan di bawah naungan hutan jati dihadiri oleh Wakil Bupati H.Arief Rohman M.Si. (foto: humaskab) |
BLORA. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) Republik
Indonesia melalui Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi)
melaksanakan Pengembangan
Teknologi Budidaya Kedelai Pada Lahan Naungan Jati (Budena Jati) dan
Kabupaten Blora dijadikan lokasi percontohannya.
Bertempat
di kawasan hutan jati Perhutani RPH Gendongan, BKPH Ngapus, KPH
Blora, pengembangan Budena Jati ini ditanam di lahan seluas 41,4
hektare yang tersebar di petak 53, 54,55 dan 57. Yang secara
administratif masuk di wilayah Desa Bogem dan Desa Tlogowungu,
Kecamatan Japah.
Hutan
jati yang biasanya ditanam jagung pada sela tegakan, kini dicoba
untuk ditanami kedelai. Hasilnya setelah ditanam pada awal bulan
Februari lalu, dan berjalan hingga 70 hari lamanya, akhirnya pada
hari Selasa (24/4/2018) mulai dilakukan panen perdana di petak 53.
Panen
perdana diikuti oleh Wakil Bupati Blora, H.Arief Rohman M.Si; Kepala
Puslitbang Tanaman Pangan dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Dr. Agus Wahyana Anggara, S.Si, M.Si;
Kepala Balitkabi, Ir. Joko Susilo Utomo, MP.Ph.D; Administratur
Perhutani KPH Blora Rukman Supriyatna, S.Hut; Sekretaris Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, Supoyo, Kabag Humas
dan Protokol, hariyanto, SIP, M.Si; serta jajaran Forkopimcam Japah.
Usai
panen dilanjutkan dengan acara Temu Lapang Teknologi Pengembangan
Budena Jati bersama seluruh petani yang tergabung dalam LMDH Jatisari
Desa Tlogowungu.
Kepala
Balitkabi, Ir. Joko Susilo Utomo, MP.Ph.D dalam laporannya
menerangkan bahwa pengembangan teknologi Budena Jati di hutan BKPH
Ngapus ini merupakan tahapan awal yang nantinya akan dijadikan
percontohan untuk perluasan di lahan hutan jati lainnya.
“Kita ketahui bersama, hingga saat
ini Indonesia masih banyak impor kedelai karena produksi kita masih
rendah. Sehingga untuk mengembangkan tanaman kedelai ini kita butuh
lahan baru. Tidak mungkin berebut dengan lahan sawah yang rutin
ditanami padi dan jagung. Sehingga kami dari Balitkabi mencoba
teknologi pengembangan Budena Jati yang menyasar lahan hutan,
khususnya di sela tegakan jati seperti yang kita lakukan di Blora
ini,” ujar Ir.
Joko Susilo Utomo, MP.Ph.D
Teknologi,
benih, dan pendampingan dilakukan Balitkabi, lahannya dari Perhutani,
dan dilaksanakan oleh petani yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat
Desa Hutan (LMDH).
“Alhamdulillah
di Blora ini hasilnya bagus. Meskipun ditanam di bawah tegakan jati,
terbukti masih bisa menghasilkan kedelai sebanyak 2 ton per hektar
dengan kualitas unggul. Yang kami tanam ada empat varietas unggul,
yakni Dena-1 seluas4,75 hektare, Dega-1 seluas2 hektare, Anjasmoro
15,2 hektare dan Argomulyo 19,45 hektare,” lanjutnya.
Ia mengatakan, hasil panen ini akan
dipakai untuk penanaman di lahan baru kembali guna mendukung program
swasembada kedelai 2020 melalui penyediaan benih berkualitas. Dimana
untuk tahun 2019 sendiri akan dilakukan perluasan areal tanam sebesar
2 juta hektar se Indonesia.
Kepala Balitkabi (biru) memaparkan pengembangan teknologi penanaman kedelai di bawah tegakan jati. (foto: humaskab) |
Administratur Perhutani KPH Blora,
Rukman Supriyatna, S.Hut menyambut positif hasil yang diperoleh
Balitkabi dalam melaksanakan teknologi pengembangan Budena Jati.
Kedepan ia bersedia untuk menyediakan lahan guna perluasan
pengembangan Budena Jati.
“Pada prinsipnya kami sangat
mendukung. Hutan harus produktif dan memberikan manfaat untuk
masyarakat. Kalau hanya mengandalkan jati saja, hasilnya hanya bisa
diambil puluhan tahun sekali ketika masa tebang. Untuk menyiasati
itulah kami dari Perhutani juga mulai mengembangkan hutan untuk
agroforestri atau wanatani, serta wisata sehingga hutan bisa
menghasilkan setiap bulannya. Budena Jati ini merupakan salah satu
wujud agroforestri yang harus didukung,” ucapnya.
Menurutnya pihak Perhutani tidak akan
menentukan target tanaman agroforestri apa yang harus ditanam.
Pasalnya wilayah hutan di Kabupaten Blora memiliki kontur dan jenis
tanah yang berbeda. Sehingga LMDH bisa mengajukan untuk penanaman
kedelai seperti Budena Jati, atau tanaman buah-buahan seperti durian
di Tunjungan atau Matoa di Todanan.
Wakil Bupati H.Arief Rohman, M.Si juga
mengaku senang dan berterimakasih kepada Balitkabi serta Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian yang
telah memilih Blora sebagai lokasi penanaman kedelai melalui
teknologi Budena Jati.
“Saya mewakili Pak Bupati Djoko
Nugroho mengucapkan terimakasih kepada Balitkabi serta Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian yang
telah menanam kedelai di bawah naungan jati dan melakukan
pendampingan kepada petani LMDH Jatisari. Petani sangat antusias dan
semoga kegiatan ini bisa berlanjut hingga tahun berikutnya,” kata
H.Arief Rohman, M.Si.
Hutan jati yang biasanya ditanami
jagung dan ketela di sela tegakan, kini bisa dicoba dengan tanaman
kedelai dan hasilnya lebih baik.
“Saat ini hutan yang baru ditanami
seluas 41,4 hektar. Mimpi kami kedepan bisa sampai 4000 hektare
hutan. Sehingga Blora bisa ikut menjadi produsen kedelai yang unggul.
Tidak hanya Grobogan yang memang sudah lama mengembangkan kedelai di
lahan persawahan,” lanjutnya.
Ketua Kelompok Tani LMDH Jatisari, Desa
Tlogowungu, Kecamatan Japah, Pasiran, mengaku senang dan antusias
melakukan penanaman kedelai di sela tegakan jati. Menurutnya hasilnya
lebih bagus ketimbang menanam ketela atau jagung.
“Setelah panen ini saya harap
teman-teman petani lainnya jangan menjual seluruh hasil yang dipanen.
Sisakan sebagian untuk benih yang bisa ditanam untuk masa tanam
selanjutnya,” ucap Pasiran di depan puluhan petani yang mengikuti
acara temu lapang itu. (rsa-Tim Berita Humas dan Protokol Setda
Kab.Blora)
Tidak ada komentar:
Write komentarTinggalkan komentar anda